ISTILAH DALAM SASTRA JAWA
ISTILAH DALAM
SASTRA JAWA
Posted by Mas Kumitir on February
10, 2010
Dibawah ini adalah istilah –
istilah yang sering kita jumpai dalam karya sastra Jawa.
- Babad: sastra sejarah dalam tradisi
sastra Jawa; digunakan untuk pengertian yang sama dalam
tradisi sastra Madura dan Bali; istilah ini berpadanan dengan carita,
sajarah (Sunda), hikayat, silsilah, sejarah (Sumatera, Kalimantan, dan
Malaysia).
- Bebasan: ungkapan yang memiliki makna
kias dan mengandung perumpamaan pada keadaan yang dikiaskan, misalnya
nabok nyilih tangan. gancaran: wacana berbentuk prosa.
- Gatra: satuan baris, terutama untuk
puisi tradisional.
- Gatra purwaka:
bagian puisi tradisional [parikan dan wangsalan] yang merupakan isi atau
inti.
- Guru gatra: aturan jumlah baris tiap
bait dalam puisi tradisional Jawa (tembang macapat).
- Guru lagu: (disebut juga dhong-dhing)
aturan rima akhir pada puisi tradisional Jawa.
- Guru wilangan:
aturan jumlah suku kata tiap bait dalam puisi tradisional Jawa.
- Janturan: kisahan yang disampaikan
dalang dalam pergelaran wayang untuk memaparkan tokoh atau situasi adegan.
- Japa mantra: mantra, kata yang mempunyai
kekuatan gaib berupa pengharapan.
- Kagunan basa:
penggunaan kata atau unsur bahasa yang menimbulkan makna konotatif: ada
berbagai macam kagunan basa, antara lain tembung entar, paribasan,bebasan,
saloka, isbat, dan panyandra.
- Kakawin: puisi berbahasa Jawa kuno
yang merupakan adaptasi kawyra dari India; salah satu unsure pentingnya
adalah suku kata panjang dan suku kata pendek (guru dan laghu).
- Kidung: puisi berbahasa Jawa
tengahan yang memiliki aturan jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata
tiap baris, dan pola rima akhir sesuai dengan jenis metrum yang
membingkainya; satu pupuh kidung berkemungkinan terdapat lebih dari satu
pola metrum.
- Macapat: puisi berbahasa Jawa baru
yang memperhitungkan jumlah baris untuk tiap bait, jumlah suku kata tiap
baris, dan vokal akhir baris; baik jumlah suku kata maupun vokal akhir
tergantung atas kedudukan baris bersangkutan pada pola metrum yang
digunakan; di samping itu pembacaannya pun menggunakan pola susunan nada
yang didasarkan pada nada gamelan;secara tradisional terdapat 15 pola
metrum macapat,yakni dhandhang gula, sinom, asmaradana, durma,pangkur,
mijil, kinanthi, maskumambang, pucung, jurudemung, wirangrong, balabak,
gambuh, megatruh, dan girisa.
- Manggala: “kata pengantar” yang
terdapat di bagian awal keseluruhan teks; dalam tradisi sastra Jawa kuno
biasanya berisi penyebutan dewa yang menjadi pujaan penyair (isthadewata),
raja yang berkuasa atau yang memerintahkan penulisan, serta–meskipun tak
selalu ada–penanggalan saat penulisan dan nama penyair; istilah manggala
kemudian dipergunakan pula dalam penelitian teks-teks sastra Jawa baru.
- Pada: bait parikan: puisi
tradisional Jawa yang memiliki gatra purwaka (sampiran) dan gatra tebusan
(isi); pantun (Melayu).
- Parikan lamba:
parikan yang hanya mempunyai masing-masing dua baris gatra purwaka dan
gatra tebusan.
- Parikan rangkep:
parikan yang mempunyai masing-masing dua baris gatra purwaka dan gatra
tebusan.
- Pepali: kata atau suara yang
merupakan larangan untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan sesuatu,
misalnya aja turu wanci surup.
- Pupuh: bagian dari wacana puisi dan
dapat disamakan dengan bab dalam wacana berbentuk prosa.
- Panambang: sufiks/akhiran.
- Panwacara: satuan waktu yang memiliki
daur lima hari: Jenar (Pahing), Palguna (Pon), Cemengan (Wage), Kasih (Kliwon),
dan Manis (Legi).
- Paribasan: ungkapan yang memiliki makna
kias namun tidak mengandung perumpamaan, misalnya dudu sanak dudu kadang,
yen mati melu kelangan.
- Pegon: aksara Arab yang digunakan
untuk menuliskan bahasa Jawa.
- Pujangga: orang yang ahli dalam
menciptakan teks sastra; dalam tradisi sastra Jawa; mereka yang berhak
memperoleh gelar pujangga adalah sastrawan yang menguasai paramasastra
(ahli dalam sastra dan tata bahasa), parama kawi (mahir dalam menggunakan
bahasa kawi), mardi basa (ahli memainkan kata-kata), mardawa lagu (mahir
dalam seni suara dan tembang), awicara (pandai berbicara, bercerita, dan
mengarang), mandraguna (memiliki pengetahuan mengenai hal yang ‘kasar’ dan
‘halus’), nawung kridha (memiliki pengetahuan lahir batin, arif bijaksana,
dan waskitha), juga sambegana (memiliki daya ingatan yang kuat dan tajam).
- Saloka: ungkapan yang memiliki makna
kiasan dan mengandung perumpamaan pada subyek yang dikiaskan, misalnya
kebo nusu gudel.
- Saptawara: satuan waktu yang memiliki
daur tujuh hari: Radite (Ngahad), Soma (Senen), Buda (Rebo),Respati
(Kemis), Sukra (Jumuwah), dan Tumpak (Setu).
- Sasmitaning tembang:
isyarat mengenai pola metrum atau tembang; dapat muncul pada awal pupuh
(isyarat pola metrum yang digunakan pada pupuh bersangkutan) tetapi
dapatpula muncul di akhir pupuh (isyarat pola metrum yang digunakan pada
pupuh berikutnya.
- Sastra gagrak anyar:
sastra Jawa modern, ditandai dengan tiadanya aturan-aturan mengenai metrum
dan perangkat-perangkat kesastraan tradisional lainnya.
- Sastra gagrak lawas:
sastra Jawa modern, ditandai dengan aturan-aturan ketat
seperti–terutama–pembaitan secara ketat.
- Sastra wulang:
jenis sastra yang berisi ajaran,terutama moral.
- Sengkalan: kronogram atau wacana yang
menunjukkan lambang angka tahun, baik dalam wujud kata maupun gambar atau
seni rupa lainnya yang memiliki ekuivalen dengan angka secara
konvensional.
- Singir: syair dalam tradisi sastra
Jawa.
- Sot: kata atau suara yang
mempunyai kekuatan mendatangkan bencana bagi yang memperolehnya.
- Suluk: (1) jenis wacana (sastra)
pesantren dan pesisiran yang berisi ajaran-ajaran gaib yang bersumber pada
ajaran Islam; (2) wacana yang ‘dinyanyikan’ oleh dalang dalam pergelaran
wayang untuk menciptakan ‘suasana’ tertentu sesuai dengan situasi adegan.
- Supata: kata atau suara yang
‘menetapkan kebenaran’ dengan bersumpah.
- Tembung entar: kata kiasan, misalnya kuping
wajan.
- Wangsit: disebut juga wisik, kata
atau suara yang diberikan oleh makhluk gaib, biasanya berupa petunjuk atau
nasihat.
- Wayang purwa:
cerita wayang atau pergelaran wayang yang menggunakan lakon bersumber pada
cerita Mahabharata dan Ramayana.
- Weca: kata atau suara yang
mempunyai kekuatan untuk melihat kejadian di masa mendatang.
- Wirid: jenis wacana (sastra)
pesantren yang berkaitan dengan tasawuf.
Alang alang kumitir
Posting Komentar untuk "ISTILAH DALAM SASTRA JAWA"